Selasa, 22 April 2008

Dapur Redaksi

Alam Emas Yang Mengenaskan

Tak heran jika Papua tergolongan pulau terkaya dengan hasil alamnya. kekayaan alam Papua kini menjadi rebutan berbagai kalangan. Baik kekayaan laut, kekayaan udara, juga darat. Semua inilah kekayaan alam pulau yang berbentuk burung kasuari. Kita tidak bisa menyebut satu per-satu dari, perusahaan yang raksasa hingga perusahan kecil.

Tak pelak jika perselisihan yang terjadi lantaran masuknya perusahaan yang masuk bagaikan pencuri dimalam hari. Kondisi inilah yang terjadi di Papua. Dimana sejumlah perusahaan masuk mengelolah berbagai hasil bumi sepengetahuan rakyat pribumi.

Kondisi inilah yang sedang terjadi di Nabire. Sejak kabar emas mencuak ke permukaan (1996), berbagai manusia dari persada Indonesia datang mencari biji kuning yang mengliurkan itu. Hingga kini (2008) tercatat 10 ribuh pendulang yang berdiam disana. Mereka tersebar di pelataran gunung antara Kabupaten Nabire-Paniai. Sepanjang Kali Degewo menjadi sasaran. Habitat menjadi korban pengerusakan akibat pencaharian kandungan bumi itu.

Data yang terhimpun tercatat 17 pengusaha sedang mencari biji kandungan alam dalam bentuk groub (kelompok) guna mendapatkan kandungan emas. Mereka masuk dialam ini tanpa memenuhi berbagai syarat sebagai keabsahan.

Sangat menyedihkan akibat kegiatan pendulangan tradisional ini terjadi berbagai imbas buruk melanda seluruh sendi-sendi kehidupan masyarakat lokal. Pengusaha emas wilayah itu terselubung. Berbagai carapun dilakukan untuk merayu pemilik ulayat. Hingga saat ini disana terdapat 12 tempat karoke yang dilengkapi dengan pelayan-pelayan. Selain itu terdapat 9 tempat Billyart.

Lokasi pendulangan kini menjadi tempat melakukan berbagai tindakan negatif. Semua ini berimbas pada berbagai perlakuan asosila. Para pengusaha sedang dibeking oleh aparat. Hal itu terbukti ketika persoalan antara Ny Selly Sanadi dan Boy seorang pengusaha emas terjadi pertikaian. Dimana persoalan tersebut hingga saat ini belum terselesaikan. Pihak korban didampingi Dewan Adat Papua serta terkesan pihak pengusaha dibeking oleh aparat.

Persoalan terhadap kekayaan alam bukan saja dirasakan oleh masyarakat Nabire dan sekitarnya akan tetapi oleh rakyat pemilik ulayat seantero persada Papua ini. Bertolak dari persoalan ini perlu ada proteksi terhadap alam dan lingkungan yang ada. Dan hal ini merupakan tugas bersama . Redaksi.

Surat Pembaca.

Tabloid NRP Miliki Roh Dari Tifa Irian Jaya ( Papua)

Sekalipun hanya dua edisi terbit, Tabloid NRP memiliki Roh dari Tabloid Mingguan Tifa Irian ( Tifa Papua). Saya mengharapkan agar penyempaian informasi seperti ini sangat akurat jika dibanding dengan media lain yang ada di Papua. Perluh diperhatikan dalam ke-redaksional adalah soal perimbangan berita antara semua pihak diangkat sebagai konsumsi berita setiap terbitan. Pengirim Frits Agapa melalui email:fritsagap@.yahoo.com.

Salut dan sukses kepada Tabloid NRP.

Penerbit Tabloid NRP merupakan satu diantara orang Papua lain yang dengan berani membuat tabloid. Kita lihat saja hingga saat ini tidak banyak orang Papua yang menjadi pemilik media. Sekalipun ada tapi bisa hitung dengan jari. Mari kota topang mereka dengan memberikan informasi yang benar kepada media ini agar mereka mengangkat keprihatinan rakyat di era otonomi khusus. Selamat dan sukses pengirim (oktov Gusbager –Keerom). email :bodaokto@.yahoo.com.

Kepada Yth.

Redaksi Tabloid NRP

Salam Rekanku Pimpinan Redaksi.

Saya ingat idealisme yang kita pernah bangun semasa dibangku kuliah (komplex Teruna bakti). Saya setuju dengan sejumlah keprihatinan yang diberitakan dua edisi terakhir. Warga asmat yang sempat membaca media ini sangat menyambut baik. Bahkan sempat bertanya siapa yang mengangkat masalah pendidikan asmast ini ( edisi II). Saya mengatakan kepada mereka itu teman saya dan dia ada di Nabire.

Rekanku, warga asmat sangat salut dengan kehadiran media ini. Sebab selama ini kondisi riil masyarakat asmat tidak pernah diberitakan di permukaan. Harus berupaya agar media ini diterima di hati rakyat sesuai dengan Motto tabloid ini. Dormomooo.. buat semua rekan-rekan di dapur redaksi. Ocenso Yoseph via email: ewerakab@ocep.yahoo.co.id

Salut Untukmu Tabloid NRP

UU 40 tahun 1999 telah membuka peluang agar membuka media dipersada Indonesia. Hingga saat ini tercatat belasan media ada di Papua. Pers memiliki keunikan, dimana pers hadir untuk memberikan kondisi sebanarnya. Terutama kondisi riil yang dirasakan dan dialami oleh rakyat. Setelah saya membaca dua edisi pertama dan kedua hati saya tergugah. Sebab hamper semua rublik itu memberitakan kondisi rill rakyat Papua. Ditengah keterpurukan perubahan masyarakat sedang mengharapkan siapa yang seharusnya menjadi lidah rakyat untuk menyampaikan keprihatinan rakyat “Ini sebuah harapan “ saya sangat salut dengan Tabloid NRP. Semoga terus menjaga independensi dalam pemberitaannya. Drs. P.I. Suripaty ( Komplex Uswim Kalibobo Nabire)

Pilkada Dimajukan Berpengaruh Pada Agenda Semula

Ternyata perubahan Undang-undang (UU) nomor 32 tahun 2004 tentang pemerintahn daerah yang dilaksanakan pada 1 April lalu berdampak pada sejumlah agenda Republik ini. Salah satunya terhadap agenda pelaksanaan pilkada tahun 2008 disetiap daerah baik Provinsi/kabupaten dan kota di Indonesia.

Pemelihan kepala daerah (pilkada) kabupaten Nabire, sesuai informasi awal akan diselenggarakan tanggal 20 november mendatang, Namun ada surat dari Komisi Pemilihan Umum (KPU) pusat yang menyatakan agar pemungutan suara diselenggarakan paling lambat bulan oktober 2008. apakan untuk pilkada akan dimajukan pelaksanaannya dari jawal awal? Sejauh ini belum diketauhi secara pasti.

Surat KPU pusat yang dialamatkan di KPU propinsi dan KPU kabupaten / kota seluruh Indonesia, berisikan perubahan jadwal pilkada yang masa jabatan kepala daerah dan wakil daerahnya berakhir dari bulan November 2008 sampai dengan juli 2009. hal ini terkait dengan telah disetujuinya perubahan kedua undang – undang (UU) nomor 32 tahun 2004 tentang pemerintahan daerah dalam sidang paripurna DPR RI tanggal 1 April 2008.

Dalam surat itu menyebutkan, pemungutan suara dalam pilkada yang masa jabatannya berakhir bulan November sampai bulan juli 2009, diselenggarakan paling lambat pada bulan oktober 2008. Apabila terjadi putaran kedua pada pilkada itu, pengumutan suaranya dilaksanakan paling lambat bulan Desember 2008. selain itu, agar tidak menganggu tahapan, program, dan jadwal pemiliu tahun 2009, bagi anggota DPRD, DPD dan DPRD, diminta kepada daerah-daerah yang akan menyelenggarahkan pilkada untuk memajukan jadwal pelaksanaan pilkada dan melakukan langkah-langkah yang diperlukan untuk pelaksanaannya.

Surat bernomor 772/15/IV/2008 tertanggal 3 April 2008 itu ditandatangani ketua KPU, Prof. Dr. H. A.Afiz Anshary, AZ, MA. Salah satu anggota KPUD Nabire P.Refasi Mike mengakui telah menerima surat dari KPU Pusat itu. Diakui memang ditegaskan agar pelaksanakaan pilkada dilakukan pada bulan Oktober 2008. hal ini terkait dengan kemungkinan jika ada putaran kedua yang pelaksanaannya dilakukan pada akhir tahun 2008 ini. Yakni pada bulan Desember. “karena jika ada putran kedua kita masih punya waktu untuk mempersiapkannya jika kita dilaksanakan pengumutan suara pada Oktober, “tuturnya.

Disingung terkait telah diinformasikan pada awal bahwa pengumutan suara akan dilaksanakan 22 Novermber ujar Refasi hal ini akan dikoordinasikan dengan pihak-pihak terkait. Surat dari KPU pusat akan dijadikan dasar untuk selanjutnya akan ditentukan pelaksanaan pilkada di kabupaten Nabire.” Memang surat pertimbangan pengumutan suara dilakukan dilakukan pada bulan Oktober agar jika ada putaran ke dua masih bisa dilakukan pada 2008 juga. Dalam hal ini bisa dilaksanakan pada bulan Desember,” itu pertimbangannya tetapi bagaimana kita di Nabire, nanti akan dibicarakan dengan pihak-pihak terkait. Setelah ada kepastian lagi kita akan sampaikan kepada masyarakat. (ignas)

66 Orang Bersaing Rebut 5 Kursi di KPUD Nabire



Dari 108 orang yang mengambil formolir penjaringan seleksi KPUD hanya 66 orang yang ditetapkan masuk pada babak penyeleksian bekas anggota KPUD Nabire priode 2008-2013. kegiatan penjaringan anggota KPUD yang berjalan selama enam hari terhitung sejak 10/04 sampai dengan 18/04 itu hampir setiap hari dipadati oleh berbagai kalangan masyarakat. Mereka berasal dari latar belakangan berbeda.

Selama sepekan terakhir warga yang ingin berkanca dalam penyeleksian tersebut terlihat sibuk melengkapi sejumlah berkas yang diminta guna mendaftarkan diri. Seorang calon anggota yang mengajukan berkas mengatakan, sekalipun banyak orang yang ingin calon tetapi saya akan coba lagi dan nama saja coba siapa tahu saya yang dapat. “ sesuai dengan ketentuan saya telah menlengkapinya dan saya serahkan kepada panitia tim seleksi anggota KPUD,”tuturnya.

Dalam temu pers yang di gelar seusai penutupan pendaftaran Kamis pekan kemarin sekretaris tim seleksi Drs. Dody J. Swabesi M.Si mengatakan, pendaftaran calon anggota telah ditutup 18/04 pukul 16.00 wit. Dari 108 orang yang telah mengambil berkas hanya 66 orang yang telah ditetapkan secara resmi dan akan maju pada babak penyeleksian administrasi. Dari 66 orang ini telah melengkapi 15 syarat yang ditentukan oleh tim berdasarkan peraturan rekrutmen anggota KPUD.

“ hingga menjelang penutupan hanya 66 orang yang memasukkan berkas persyaratan dari 108 orang yang mendaftarkan diri untuk bersaing dalam pencalonan anggota KPUD kabupaten Nabire periode 2008-2013,” ujar Dody kepada wartawan.

Lebih lanjut diutarakan, dari 66 orang yang terdaftar hanya 4 orang yang telah melampirkan karya tulis sebagai satu syarat. Sedangkan yang lainnya belum melampirkan sebagaimana sesuai dengan permintaan. Walaupun demikian tim tetap akan memberikan peluang waktu kepada mereka untuk melengkapi karya tulis tersebut hingga tanggal 22 dan 23 April. “ bukan berarti membuka pendaftaran akan tetapi untuk memasukkan karya tulis bagi mereka yang terdaftar,”tuturnya.

Tim seleksi tetap pada koridor dalam menyeleksi anggota. Siapapun maju adalah hak. Dalam hal ini tidak ada dianak emaskan ataupun dianak tirikan. Aturan tidak memang siapa dia dalam statusnya semua memiliki hak sama yakni harus mengikuti aturan yang ada. “ Jadi kami tetap menjunjung tinggi aturan yang berlaku. Upaya ini akan terus dilakukan oleh tim penjaringan agar tidak terjadi kesalahpahaman dalam penyeleksian ini. Kami hanya mengusulkan kepada KPUD setelah sejumlah proses dilalui di daerah, yang menentukan adalah oleh KPU Provinsi,” terang Pdt. Yance Nawipa, ketua Tim.

Yance Nawipa yang juga ketua STT WP Nabire menguraikan, tim ini dibentuk guna melaksanakan sejumlah program seleksi yang menentukan adalah KPUD Provinsi. Dari sepuluh besar akan disampaikan kepada KPUD Provinsi untuk menentukan siapa yang sebenarnya berhak menjadi anggota KPUD Nabire priode mendatang.

“Dalam konteks penjaringan ini pihak tim tidak akan mendengar siapa dan siapa tetapi tetap menjunjung tinggi aturan yang mengamanatkan pelaksanaan rekrutmen tersebut,”jelasnya.

Warning Kepada Tim Seleksi

Berbagai kalangan mengkwatirkan jangan-jangan terjadi interpensi terhadap penjaringan anggota KPUD Nabire Priode 2008-2013 mendatang. Berbagai pengalaman telah terjadi di Indonesia. Karenanya dalam menyeleksi anggota harus mengedepankan asas demokrasi dan berdasarkan aturan pemilihan. Demikian diutarakan ketua Partai Patriot Abner Kalem kepada media ini menanggapi adanya penjaringan anggota yang berakhir Kamis pekan kemarin.

Penjaringan anggota dimana-mana telah terbukti oknum-oknum mempermainkan aturan demi kepentingan dalam moment-momen tertentu. Pilkada Nabire 2008 diambang pintu. Penjaringan anggota juga dilaksanakan guna menyelenggarahkan pesta demokrasi tersebut. Pasti para politikus yang akan berkanca di pangung politik sedang mempersiapkan. “saya meyakini bahwa ada oknum-oknum tertentu akan mengorek tim seleksi dengan berbagai cara,”ungkapnya.

Cara demikian akan berdampak buruk pada pemilihan kepala daerah mendatang. Sebaiknya pihak tim seleksi harus berhati-hati dalam menyeleksi anggota. Banyak kali terjadi di Indonesia dalam menyeleksi. Dalam aturan sudah diatur. Sangat baik kalau dijaring berdasarkan presentasi yang ada. Ia mengandaikan porsi kaum perempuan 30 persen. Biar bagaimanapun harus percayakan kepada kaum perempuan berdasarkan presentasi yang ada. Hal itu perlu diperhatikan demi kelancaran pelaksanaan pilkada mendatang. “saya setuju kalau semua mekanisme diberlakukan dalam menjaring anggota KPUD Nabire,”tutur Kalem yang juga anggota DPRD Nabire itu.

Tim seleksi harus menjunjung yang kelalaian yang hingga merugikan masyarakat kabupaten Nabire, pihak tim harus bertangungjawab kepada publik. “dalam menentukan anggota KPUD Nabire. Sebaiknya jangan dengar-dengaran dari oknum-oknum yang akan menginterpensi tim seleksi,”ungkap Simon Tigi, SH sekretaris Partai Golkar. (ignas)

Perempuan di Timika tertinggi HIV/AIDS



Dari jumlah kasus HIV/Aids di Kabupaten Mimika per 12 Desember 2007 yang menunjukan angka fantastic 1.176 kasus menurut data Komisi Penanggulangan Aids Daerah (KPAD) Kabupaten Mimika, perempuan masih unggul dengan jumlah 543 kasus perempuan dengan HIV dan 54 perempuan dengan kasus Aids, totalnya adalah terdapat 572 kasus perempuan di mimika dengan HIV/Aids.

Jika dibandingkan dengan jumlah kasus pada laki-laki yang berada dengan jumlah 505 kasus laki-laki dengan HIV dan 64 kasus laki -laki dengan Aids dan komulatif untuk kasus laki-laki dengan HIV/Aids adalah 572 kasus. Angka yang bukan main-main lagi. Dari jumlah tersebut, maka kasus yang terinfeksi menurut factor resiko tertinggi melalui heteroseks dengan jumlah 1085 kasus,tertular melalui homoseks dengan angka 1 kasus, 23 kasus tertular melalui neonatal, 4 kasus tertular melalui Paparan, 1 kasus melalui transfuse darah, dan 62 kasus tidak diketahui penyebab tertularnya. Jika dilihat menurut golongan umur, maka usia produktif justru lebih banyak yang terinfeksi HIV/Aids. Dengan angka 476 kasus pada usia produktif yang berkisar antara umur 25 tahun sampai 34 tahun.
Artinya umur produktif yang sangat diharapkan dapat berbuat banyak menjadi sirna karena sudah terinfeksi penyakit mematikan ini. Mimika sebagai daerah perusahaan yang terdiri dari kemajemukan budaya dan berasal dari berbagai suku dan ras sangat mempengaruhi lajunya tingkat penyebaran kasus HIV/ Aids di dalam rumah tangga. Banyaknya migrasi kelas pekerja yang datang mengaduh nasib di tanah Papua ini merupakan factor pendorong kecepatan tinggi lajunya virus ini kepada rumah para ibu tangga dari kelas pekerja di Kabupaten Mimika ini. Betapa tidak angka 253 kasus bagi kaum ibu rumah tangga ini menjawab tesis kita tentang tingginya penderita HIV/Aids pada tingkatan ibu rumah tangga di negeri dolar ini.
Lajunya perkembangan virus ini seperti dengan kecepatan tinggi mobil melalui jalan tol jagorawi, tidak ada yang bisa menahannya selain mengantisipasinya. Renol anggota KPAD kabupaten Mimika memperlihatkan perkembangan virus ini berdasarkan tahun selalu meningkat. Misalnya, kasus pada tahun 1996 menunjukan angka 4 kasus dan sepeluh tahun kemudian 2007, menunjukan angka fantastic 1.176 kasus.

Lebih jauh Renol mengatakan bahwa’ mengingat peningkatan kasus yang sangat pesat, maka akses layanan Care, Support and Treatment ( CST) atau dalam bahasa Indonesia disebut, Perawatan Dukungan dan Pengobatan ( PDP) bagi masyarakat perlu dibuka seluas-luasnya. Itu berarti jumlah tenaga manager kasus terlatih di Timika sebanyak 3 orang masih jauh dari cukup.
Sekarang ini di Timika sudah tersedia tiga layanan VCT sebagai pintu masuk untuk program PDP, yakni di PKM Timika, BKTIA dan RSMM. Masing-masing layanan tersebut baru memiliki 1 tenaga manager kasus terlatih. Oleh karena itu perlu dilakukan perekrutan dan pelatihan bagi tenaga manager kasus baru untuk melakukan pendampingan dan membangun jaringan untuk mendukung ODHA.” tegasnya.
Propersi infeksi HIV/Aids terhadap jumlah penduduk Mimika sampai Maret 2007 sebesar 0,08 persen dan infeksi HIV/Aids dengan Ko infeksi TBC sebanyak 84 kasus juga sebanyak 81 kasus telah terjadi kematian akibat HIV/Aids di negeri Dolar ini.
(John Krist Pakage/timika)

Rumah Sakit Freeport Minim Tenaga Kerja Papua


Kemajuan suatu rumah sakit tergantung kepada sumber daya. Jika SDM memadai maka kinerja sebuah rumah sakit akan maju serta akan menekan penderitaan masyarakat (sakit), Ungkap Sekertaris Eksekutip Lembaga Pengembangan Masyarakat Amungme dan Kamoro ( LPMAK) John Nakiaya beberapa waktu lalu kepada tabloid ini ketika ditanya tentang pengembangan dan kemajuan pengelolahan RSMM.

Lebih jauh misalnya Rumah Sakit Mitra Masyarakat (RSMM) sudah mulai menunjukan kemajuan dengan terlaksananya program pelayanan medis umum dan spesialis kepada masyarakat antara lain : bedah, perawatan anak, persalinan, penyakit dalam, pemeriksaan dan operasi mata, patologi klinik dan anastesi. Terlaksananya program HAART (Highly Active Antitroviral Treatment) bagi pasien HIV/AIDS.

Selain itu penemuan obat malaria terbaru, yakni Artekin/Artesunate, sebagai hasil penelitian bekerjasama dengan Menzies School of Australia dan BALITBANGKES (Badan Penelitian Pengembangan Kesehatan) Departemen Kesehatan RI. Kemajuan lain terlihat ketika RSMM mengontrak Konsultan PERDHAKI/HCM Excellence untuk menyusun sebuah konsep business plan RSMM. Telah dilaksanakan pengembangan manajemen rumah sakit antara lain : Penguatan komite medis dan asuhan keperawatan yang berkelanjutan serta persiapan akreditasi rumah sakit serta memperbaiki implementasi sistem informasi kesehatan.

Laporan keuangan dan statistik rumah sakit sudah berjalan dengan baik, tepat waktu menerapkan penggunaan kartu identitas berobat bagi pasien tujuh suku(Amungme, Kamoro, Damal, Mee, Moni, Nduga dan Dani)’ akunya.
Kemajuan dalam proses pengembangan rumah sakit lambat laun semakin dirasakan oleh para petugas dilapangan.

Hal ini telah dicapai karena Peningkatan sumber daya manusia sedang dalam pengembangan melalui berbagai kegiatan pembinaan maupun program studi bagi karyawan. Kemajuan dan terpopulernya nama Rumah Sakit Mitra Masyarakat ini juga disebabkan karena ada sumbangsi besar dan positif dari Ring Papua pada unit RSMM.
Mengapa tidak, ternyata Ring Papua cukup berperan dan berhasil terutama dalam menyelesaikan sejumlah persoalan antara pihak menejemen dengan para pekerja yang tergabung dalam wadah Ring Papua. Keberhasilan Ring Papua terutama karena bentuk pendekatan dari para pengurus ring Papua terhadap anggota mereka yang dianggap bermasalah. Terutama masalah disiplin kerja yang kurang.Dalam penyelesaian persoalan Ring Papua bertindak sebagai mediator antara pihak menejemen dengan karyawan RSMM.

“Sebagai fasilitator kami melakukan bentuk pendekatan dari hati kehati dan pendekatan langsung kepada anggota, kami mengunjungi bahkan kadang kami menjemput teman kami yang bermasalah dirumahnya untuk menanyakan sebab musebabnya permasalahan, setelah kami mengetahui kami mencari solusi yang terbaik, jika persoalan tersebut melibatkan antara pihak menejemen dan karyawan, maka kami berusaha mempertemukan kedua belah pihak agar dicari solusi bersama’ tegas ketua Ring Papua Maria Florida Kotorok.
Bentuk pendekatan dalam proses penyelesaian masalah ini dilakukan sesuai dengan motto Ring Papua. ‘ kami berpegang pada motto kami yaitu Saling merangkul untuk Maju, itu menjadi pedoman kami sejak berdirinya Ring Papua ini’ tegas Maria. Masih menurut Mey begitu nama yang disapanya, sejak tahun 2002 Ring Papua telah kami bentuk, pembentukan wadah ini berawal dari ide Direktur Yayasan Caritas Thomas Murdjito (Kini telah pensiun. Setelah dibentuk sempat ring Papua tidak berjalan karena kesibukan badan pengurus dan akibatnya terjadi kevakuman pengorganisasian selama 2 tahun. Dari berjalannya waktu dan karena wadah ini dianggap penting dalam pengembangan rumah sakit terutama karena sering mengalami sejumlah persoalan antara karyawan dengan menejemen maka diadakan pemilihan dewan kepengurusan baru. Akhirnya Januari 2004 terbentuk kepengurusan baru. Sejak dibentuk hingga kini sudah berusia 2 tahun program kerja satu demi satu mulai teraplikasi. Sebagai mediator ring Papua menjadi corong dari karyawan orang Papua di RSMM selalu menghendaki adanya pemberdayaan dan penambahan tenaga kerja Papua sesuai kebutuhan, selain itu wadah ini juga berusaha mengimbangi agar tidah hanya menuntut hak-hak bagi karyawan lokal namun juga menjujunjung tinggi serta menjalankan kewajiban karyawan dengan mematuhi aturan yang berlaku.
Lebih dari itu ring Papua memahami bahwa pihak menejemen adalah ‘mitra kerja’ untuk pengembangan dan pelayanan kepada masyarakat yang berobat. “Kepuasan para pelanggang (pasien) adalah harapan kami, sehingga kami berupaya semampu kami untuk menyelesaikan persoalan yang terjadi antara pihak manajemen dan karyawan agar persoalan ini tidak menjadi penghambat pelayanan kepada masyarakat’ tegas Mey. Lebih lanjut ‘ awalnya wadah ini belum diakui oleh pihak manajemen dan kami sering kali dianggap sebagai wadah ilegal dari pihak manajemen sehingga dianggap tidak perlu ada di lingkungan RSMM bahkan dianggap wadah yang tidak penting dalam proses pengembangan demi pelayanan, padahal kami justru berada untuk berperan ganda dalam menyelesaikan persoalan yang terjadi dan sekaligus ini kami membantu tugas dari pihak menejemen. Kami sangat paham akan pentingnya pengembangan RSMM kedepan namun kami hanya dibutuhkan pihak manajemen ketika ada persoalan dari karyawan orang Papua, bahkan kami kadang dijadikan semacam tameng, padahal kami tetap propesional dan tetap royal kepada pihak menejemen sesuai dengan aturan yang berlaku, kami menghendaki agar pelayanan kami memuaskan semua orang, itu kewajiban dan untuk itu kami ada dan bekerja namun ketika hak-hak kami tidak lagi diperhatikan maka karyawan yang bernaung dibawah wadah Ring Papua RSMM berharap agar pengurus memperhatikannya dan melaporkan hal tersebut kepada pihak menejemen. Perjuangan kami kini sudah ada hasil yang bisa kami rasakan, kini anggota ring Papua sudah ada yang menjadi kepala bagian, selain itu hasil lain misalnya sudah ada yang melanjutkan studi baik di Papua maupun diluar papua dibawah tanggungan RSMM dan LPMAK, ini kami bangga, selain itu kedepan ring Papua berharap agar dalam proses perekrutan karyawan wadah ini dilibatkan. Kami sudah mengusulkan kepada pihak manajemen agar perekrutan pada tingkatan non skil harus orang Papua.
Lain halnya yang berkaitan dengan skil namun tetap ada porsi untuk orang Papua. Ring Papua memiliki visi sebagai mitra kerja antara karyawan dengan manajemen dalam mengembangkan sumber daya manusia Papua secara bertanggungjawab, berkesinambungan dan bermartabat. Misi wadah ini adalah meningkatkan ketrampilan karyawan Papua, menjadi media komunikasi antara karyawan dengan menajemen RSMM, meningkatkan kesejahteraan karyawan Papua’ ungkap Kotorok. Struktur wadah ini terdiri dari 2 orang penasehat, 3 orang pengurus inti (ketua, sekertaris dan bendahara), dilengkapi dengan 2 orang pembina dan juga bidang kerohanian dan usaha dana. Ternyata wadah ini juga memiliki kriteria bagi anggotanya, kriteria menjadi anggota wadah ini adalah pertama ia harus orang papua asli, kedua campuran darah dan ketiga, bagi orang non papua yang lahir besar di Papua dan diakui oleh masyarakat setempat sebagai orang papua. Secara otodidak wadah ini juga mengadakan sejumlah kegiatan sosial seperti memberikan bantuan bagi kaum lemah terutama dalam memberikan sumbangan pakaian yang layak pakai kepada sesama. “ kami memberikan bantuan sosial ini atas inisiatif kami sebagai mahluk sosial, kami kumpulkan pakaian layak pakai dari seluruh anggota Ring Papua dan kami salurkan kepada mereka yang membutuhkannya’ ungkap perempuan yang masih single ini. Dalam perkembangannya RSMM yang pada awalnya hanya didukung oleh 16 orang tenaga dokter, terdiri dari dokter umum 12 orang, dokter gigi 1 orang dan dokter spesilis 3 orang. Sedangkan tenaga medis berjumlah 184 orang terdiri dari para medis perawatan 132 orang, bidan 19 orang, paramedis non perawatan 33 orang. Selain itu dipekerjakan tenaga non medis berjumlah 109 orang terdiri dari sarjana 13 orang, lain-lain sebanyak 96 orang.
Namun telah terjadi kemajuan secara pasti dari waktu kewaktu. Dari Data yang diperoleh menunjukan bahwa permaret 2006 tidak ada tenaga medis orang papua, sedangkan non papua terdapat 16 orang, untuk tenaga para medis karyawan 24 orang papua, sedangkan 122 orang non papua dan jumlah 146, untuk tenaga penunjang medis terdapat 2 orang Papua asli dan 34 orang non papua, dan tenaga non medis 39 orang asli Papua dan terdapat 70 orang non Papua, dengan demikian jumlah karyawan orang asli Papua 65 orang dari 307 karyawan RSMM. Walaupun secara kwantitas karyawan orang Papua masih kurang, namun Ketua Ring Papua RSMM mengatakan bahwa tak dapat disangkal bahwa keberadaan PT Freeport Indonesia (PTFI) telah membantu mempercepat proses pembangunan masyarakat pribumi di Kabupaten Mimika pada khususnya dan masyarakat lainnya di Provinsi Papua pada umumnya. Masyarakat telah menikmati pengobatan gratis di RSMM yang dikelola oleh YCT (Yayasan Caritas Timika). Fasilitas pendukung di RSMM terdiri dari Unit Gawat Darurat (UGD), bangsal bedah, bangsal anak, bangsal penyakit dalam, bangsal kebidanan, ruang rawat insentif dan neonatal ICU.
Kedepan Ring Papua tetap optimis dan eksis dalam perjuangan membantu manajemen RSMM sebagai mediator antara karyawan Papua dan pihak menejemen untuk itu berharap agar Ring Papua dimanfaatkan (didukung, diakui dan dilibatkan) oleh pihak menejemen dalam pengembangan RSMM kedepan. Dalam waktu yang tidak terlalu lama akan diadakan pemilihan badan pengurus Ring Papua RSMM yang baru dan kedepan berharap kepada pihak menejemen agar ada dukungan dana operasional Ring Papua dan Sekertariat tetap. Semoga wadah yang bermasa bakti 2 tahun ini tetap eksis dalam pengembangn dan karya pelayanannya.
(John Kristian Pakage/timika)

Merana Ditengah kelimpahan Emas


Mimika sebagai daerah terkaya di Papua bermula dari sebuah pegunungan. Di balik bayangan pegunungan kapur setinggi lebih dari seribu meter di atas hutan tropis Papua, di utara Kecamatan Tembagapura, tersembunyi kekayaan mineral yang diperkirakan bernilai lebih dari 77 miliar dollar AS.

Gunung tembaga dan emas ini, Ertsberg, berdiri lebih dari tiga juta tahun dikelilingi jurang- jurang dalam yang terbentuk oleh gerusan es abadi yang mencair dan membeku sebagai pengaruh perubahan musim. Potensi tambang yang luar biasa areal pegunungan itu diungkap geolog Belanda, Jean Jacques Dozy, pada tahun 1936.
Penemuan ditindaklanjuti Manajer Eksplorasi Freeport Sulphur Company (sekarang Freeport-McMoRan Copper and Gold Inc-induk PT Freeport Indonesia) pada tahun 1967 setelah penandatanganan kontrak karya pertama dengan Pemerintah Indonesia.
Setelah kandungan tembaga di tambang Ertsberg menipis, tahun 1988 ditemukan lokasi penambangan baru di Grasberg tak jauh dari Ertsberg. Tambang kedua ini memiliki cadangan tembaga terbesar ketiga di dunia dan cadangan emas terbesar di dunia.
Produksi tambang dikirim ke pabrik-pabrik peleburan tembaga di berbagai negara, termasuk Gresik-Indonesia. Tahun 2002, PT FI menghasilkan konsentrat yang mengandung 1,8 miliar pon tembaga dan 2,9 juta ons emas dari penambangan sekitar 235.000 bijih tambang per hari. Konsentrat tembaga ini bermanfaat bagi penyediaan tembaga untuk perangkat komunikasi modern dan barang elektronik, pengadaan listrik dan keperluan industri lainnya.
Masuknya perusahaan bermodal asing di Mimika mengakibatkan penambahan arus migrasi kelas pekerja dari luar Papua dalam jumlah yang besar sehingga tak heran ketika Kabupaten Mimika menjadi salah satu kabupaten yang jumlah penduduknya termasuk yang paling padat, kepadatan atau populasi orang yang data juga tergolong paling besar dari semua tingkatan taraf ekonomi yang berbeda-beda dan kenyataan yang paling banyak adalah orang-orang tingkat kehidupannya dibawah garis kemiskinan. Baik itu dari pendatang diluar Papua ataupun penduduk asli Mimika sendiri juga tergolong masih banyak yang hidup ditaraf miskin. Asuransi Kesehatan rakyat Miskin yang akan mencoba untuk dapat memberikan kartu Askes yang diperuntukkan bagi rakyat miskin agar dalam mendapatkan pelayanan kesehatan secara gratis atau paling tidak minim dalam membayar biaya pelayanan kesehatan.
Kepala Cabang PT Askes Mimika Elisa Runggaweri kepada wartawan mengatakan bahwa PT Askes sangat kesulitan dalam membuat kartu Askes Miskin bagi masyarakat yang ada di Kabupaten Mimika yang disebabkan karena data yang tidak akurat atau boleh dikatakan tidak ada dari Pemerintah. Data masyarakat miskin dari Pemerintah sangat kami butuhkan sekali, untuk dapat menentukan mana warga yang miskin dan mana yang bukan. Sehingga dalam menentukan warga miskin itu tidak salah, belajar dari pengalaman tentang Kompensasi BBM yang mana banyak warga yang mampu tapi tetap mendapat dana bantuan Kompemnsasi BBM, dan kami dari Askes tidak mau hal itu terjadi.
Lanjut Elisa sisa jumlah quota tahun 2006 sebanyak 29.700 jiwa yang diperuntukkan lima Distrik yaitu Distrik Tembagapura, Distrik Mimika barat, Distrik Mimika Barat Tengah, Mimika Timur Jauh, Mimika Timur Tengah, Mimika Barat Jauh, dan Mimika Timur. Sementara khusus kelurahan Koperapoka dan Kampung Inauga, Distrik Mimika Baru untuk sementara terhitung mulai tanggal 29 Januari 2007 dihentikan Kartu Askes-Kin.
Tingkat laju pertumbuhan penduduk di Kab. Mimika menduduki rangking teratas di Indonesia. Hal tsb dapat dilihat dari laju pertumbuhannya yang rata-rata mencapai 10,9 persen dalam kurun waktu sepuluh tahun. Yakni dari tahun 1990 hingga tahun 2000.
Jumlah penduduk Kab. Mimika hingga akhir tahun 2004 diperkirakan sebanyak 146.072 orang. Jumlah tsb meningkat sebesar 19,18 persen dibandingkan tahun 2003 sejumlah 131.715. Sementara itu jumlah penduduk tahun 2002 sebanyak 110.518 jiwa dan tahun 2001 sejumlah 99.656.
Jumlah tsb lebih banyak didominasi oleh laki-laki dari pada perempuan. Setidaknya 113 laki-laki berbanding 100 perempuan. Sedangkan bagi usia produktif 141 laki-laki dibanding 100 perempuan.
Laju pertumbuhan yang sangat tinggi dipicu oleh operasional sektor pertambangan yang menarik minat penduduk seluruh penjuru Indonesia berbondong-bondong menuju ke Timika. Namun sebagian penduduk ada juga yang mengembangkan diri di sektor swasta non-pertambangan. Banyak pendatang ke Timika memiliki tujuan untuk berdagang.
Secara keseluruhan di Mimika rata-rata anggota rumah tangga sebesar 4,52. Artinya terdapat sekitar 5 orang anggota dalam sebuah keluarga. Berdasarkan kelompok umur terbanyak berusia 5-9 tahun. Sedangkan penduduk dengan kelompok umur lebih dari 65 tahun berjumlah paling kecil.
Dari 12 distrik yang ada, distrik Mimika Barat dan Mimika Barat tengah mengalami penurunan jumlah penduduk masing-masing sebensar 8,56 persen dan 9,5 persen. Sedangkan 10 distrik lainnya peningkatan tertinggi ada di distrik Mimika Baru, sebesar 25,97 persen. Sementara distrik yang mengalami peningkatan jumlah penduduknya terrendah adalah distrik Mimika Timur jauh sebesar 7,02 persen.
Berdasarkan jenis kelamin untuk penduduk laki-laki peningkatan di distrik Tembagapura sebesar 40,01 persen dan peningkatan penduduk perempuan terbesar di distrik Mimika Timur sebesar 77,96 persen.(John Pakage/timika)

Berbagai Kalangan Kesalkan Perlakuan Aparat



Salah satu pemilik ulayat wilayah Degewo Petrus Dikipa ceritakan berbagai persoalan yang terjadi akibat pendulangan. awalnya, kandungan tersebut ditemukan oleh sejumlah warga yang hendak mandi tepatnya di kali Degewo. Kali tersebut merupakan kali yang sangat deras arusnya. Setelah beberapa warga menemukan emas di kali tersebut saat mereka mandi menemukan emas didalam air. Emas yang ditemukan itu 200 (duaratus) gram berupa batu. Berita tentang penemuan itupun tersiar. Sejak itu semua orang berdatangan untuk mencari emas disana. ”sekarang ini sekitar 10 ribuh pendulang ada disana mencari emas,”paparnya.

Petrus pemiliki dusun itu menguraikan dampak pendulangan yang terjadi sana. Habitat alam musnah. Pepohonan telah ditumbangkan, mereka mencari emas dengan berbagai cara. Lokasi pendulangan telah dikuasai oleh para pencuri liar. Dengan berbagai tawaran merebut hak ulayat. Tak heran jika disana terdapat sejumlah tempat hiburan. Untuk mendapatkan lokasi para pengusaha memberikan berbagai janji muluk. Selain itu para pengusaha juga menawarkan gadis-gadis yang didatangkan. Sebelumnya mereka telah membuka sejumlah tempat hiburan yang dilengkapi pelayan penjajah seks komersial (PKS). Yang sangat merinding tempat-tempat itu disediahkan minuman keras (miras). ” tempat kami mencari makan sudah tidak ada lagi. Kami tersisih dengan berbagai cara pengusaha emas yang berkeliaran disana,”katanya sambil mengenang masa depan, Seraya menjelaskan, sepanjang kali Degewo bagaikan perkotaan. Berbagai warna terpal menjadi atap rumah –rumah darurat.

Biro Perdamaian dan Keadilan GKI Klasis Paniai, Yones Douw membenarkan berbagai persoalan terjadi disana. Hingga saat ini 17 pengusaha emas telah menguasai wilayah itu. Cara kerjanya, para pengusaha membeli lokasi kepada pemilik ulayat dengan nilai uang sangat kecil. Mereka juga menyodorkan berbagai janji kepada warga. Namanya saja warga yang masih lugu itu pasti saja menerima berbagai tawaran –tawaran tersebut. Lagi pula berbahasa indonesia yang tidak tahu menjadi persoalan yang sangat besar. Dalam kondisi ketidakpahaman komunikasi itu para pelacur hak ulayat memanfaatkan kandungan emas.

Sejak tahun 2001 hingga kini 2008 telah ditemukan berbagai persoalan. Tindakan-tindakan kemanusian pun sudah terlihat sejak lama. Perselisihan antara pemilik dengan pendulang non Papua selalu menghiasi derap langkah diwilayah Degewo. Warga yang tidak tahu menahu tentang perkembangan itu hanya menahan perasan atas bergulirnya kekayaan alam. Hampir setiap hari para pengusaha membawa pergi 5-10 ton gram emas.

Berbagai cara untuk mendapatkannya. Baik melalui mencari emas dilokasi yang mereka beli juga mereka telah membuka kios-kios untuk warga datang menukar dengan emas. Semisal sebungkus garam makan tukar dengan satu (1) gram emas. Apalagi barang lain (sembako) harganya mahal” tutur Aktivis kemanusian itu kepada NURANI.

Yones mengatakan, Untuk memperlancar semua proses pendulang para pengusaha telah mengkontrak armada Helikopter yang didatangkan Batam. Kontrakan menjadi salah seorang pengusaha terkemuka. Penerbangan Helikopter dilakukan setiap hari. ” sejak akhir tahun 2007 wilayah pendulangan oleh para pengusaha telah masuk didekat perkotaan sekitar jalur jalan Trans Papua tepatnya KM 171 Nabire,”ungkapnya.

Akibat kegiatan pendulangan emas diwilayah Degewo berdampak pada beberapa aspek kehidupan kemanusian. Ancaman tersebut terutama dialami oleh penduduk asli. Selain hak ulayat sebagai tuan tanah atau pemilik juga pengaruh negatif (buruk) telah mengancam seluruh sendi kehidupan. Warga yang sebelumnya lugu bebas dari pengaruh kini dunia baru menyentuh dan mencoreng kemurnian hidupnya. Alam sebagai tempat perlindungan dan menghidupkan kehidupan mereka telah musnah karena perlakuan manusia yang tidak bertangungjawab.

Mencermati kondisi yang memperihatinkan itu sejumlah kali warga telah menyampaikan kepada pemerintah agar mendapatkan perlindungan terutama dalam pengakuan hak ulayat agar mendapatkan legalitas. ” Wilayah pendulangan terkesan statusnya belum dan terjepit diantara kabupaten Nabire dan kabupaten Paniai. Pemerintah kedua kabupaten ini terlihat sedang membiarkan dan persoalanpun terus bergulir yang berimbas pada meregutnya nyawa manusia pemilik ulayat,”tandasnya.

Terdata sekitar 50 orang telah korban akibat perselisihan, baik korban akibat memperebut kembali hak ulayat. Keterlibatan oknum-oknum ABRI baik TNI dan juga Polri. Mereka datang kesana membeking para pengusaha ternama guna mengamankan kekayaan emas. ” Kami pergi kesana untuk mengamankan atas permintaan pengusaha,”ujar seorang anggota TNI dalam sebuah perbincangan.

Ibu Selly Sanadi, seorang pendulang yang sudah lama berada di sana bersama dengan seornag pengusaha. Mereka beekerja secara kelompok. Namun setelah lokasi tersebut dijual kepada pengusaha lain ibu Selly bersama rekan-rekan lain agak susah untuk mendapatkan tempat bekerja.

Untuk mempertahankan kehidupannya ibu Selly pun tidak mengalah tetapi terus mempertahankan lokasi tersebut sebagai pengelolah. Apa lah daya ketika pengusaha emas tersebut mendatang 4 anggota Polri dari Nabire untuk mengusir meraka dari lokasi tersebut. Sebagai seorang wanita tidak berdaya melawan tangan-tangan besi itu. Algojo-algojo itupun mengusir mereka keluar dari lokasi. Berbagai ancaman, bahkan mereka ditodong dengan senjata.

Tanggal 28 Pebruari lalu ibu Selly mengadu persoalan tersebut kepada pihak aparat keamanan. Bahkan Aliansi Masyarakat Pesisir pun ikut mempertanyakan persoalan itu kepada aparat polisi.

Petrus Sanadi Sekretaris Aliansi Masyarakat Pesisir memfasilitasi mempertemukan antara pengusaha dan anggota polisi yang mengancam warga tersebut. ” 4 anggota yang mengancam korban ibu Selly akan diproses secara hukum, BAP nya sudah diserahkan kepada pihak penyidik untuk diproses lebih lanjut,” kata Kapolres Nabire seraya mengatakan, namun sekarang perlu ada koordinasi dengan pihak Polres Paniai, sebab tempat pendulangan adalah kewenangan hukum polres Paniai.

Terkait persoalan itu Kamis pekan Lalu, Kapolres Paniai bertemu dengan keluarga korban. Kapolres Nabire Rinto Djatmono, S.Ik yang sempat dikonfirmasikan terkait persoalan pendulangan mengatakan, ancaman terhadap ibu Selly Sanadi, sesuai laporannya pihak Polres Nabire sedang diproses. Sebab persoalan menyangkut ancaman itu merupakan pelanggaran KUHP. Maka bersama Polres Paniai dan Nabire akan memproses persoalan tersebut.

Mengapa harus libatkan Polres Paniai kata Rinto karena persoalan itu terjadi diwilayah hukum Polres Paniai. ”Siapa bersalah harus ditindak tegas. Polisi bertugas untuk melindungi dan mengayomi rakyat” ungkapnya.

Menyikapi perselisilahan tersebut Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Nabire merekomendasikan agar Ny. Selly Sanadi dan Boy Rakinaung agar keluar dari lokasi pendulangan emas, Wepabado, Distrik Bogobaida untuk mengakhir sengketa kedua belah pihak. Sedangkan kasus pengrusakan mobil milik Boy Rakinaung dan ancaman terhadap Ny. Selly oleh Embong terus dilanjutkan melalui proses hukum.

“Ini resiko yang paling prinsipil kita ambil untuk mencari solusi yang terbaik terhadap sengketa antara Selly dan Boy yang kita tangani melalui lembaga ini,” tutur Ketua DPRD Nabire, Daniel Butu saat membacakan sembilan (9) butir rekomendasi DPRD Nabire terhadap penyelesaian kasus sengketa antara Selly dan Boy Rakinaung di lokasi pendulangan emas, Wepabado, Paniai.

Hal ini diungkapkan Ketua Dewan didampingi Ketua Komisi B DPRD Nabire, Peter FT Worabay dan anggota masing-masing Amirullah Hasyim dan Daniel Mote, SE, dalam pertemuan dengan tokoh masyarakat di ruang Sidang DPRD Nabire, belum lama ini. Pertemuan sekaligus untuk mendengarkan rekomendasi akhir dari sengketa antara Selly Sanadi dan Boy Rakinaung yang dilaksanakan sepekan lalu.

Sembilan rekomendasi tersebut dikeluarkan DPRD Kabupaten Nabire setelah mencermati hasil rapat dewan dengan Ny. Selly Sanadi beserta kerukunan Biak dan Boy Rakinaung beserta kerukunan Sangier Talaud di gedung DPRD Nabire, 18 Maret lalu dilanjutkan ke ruang kerja Ketua DPRD dan rumah dinas Ketua DPRD Nabire di Jln. Yos Sudarso, namun tidak ada kesepakatan antara keduanya.

Ketua DPRD Nabire, Daniel Butu membeberkan sembilan rekomendasi tersebut adalah:

1. Kepada Ny. Selly Sanadi dan Boy Rakinaung agar keduanya keluar dan meninggalkan lokasi pendulangan Wepabado.

2. Kepada Kapolres Nabire agar memproses secara hukum pengrusakan mobil saudara Boy Rakinaung serta pengancaman saudara Embo terhadap Ny. Selly Sanadi.

3. Kepada Kapolres Nabire agar menindaktegas oknum aparat Kepolisian Resort Nabire yang menggunakan senjata api untuk membeking pengusaha di lokasi pendulangan sesuai ketentuan dan hukum yang berlaku.

4. Kepada Kepala Dinas Perhubungan Kabupaten Nabire agar berkoordinasi dengan Departemen Perhubungan Republik Indonesia, Cq Dirjen Perhubungan Udara untuk meninjau kembali izin operasi pesawat helicopter yang beroperasi di Nabire, karena dengan beroperasinya helicopter banyak menimbulkan masalah.

5. Kepada Pemerintah Kabupaten Nabire dan Pemerintah Kabupaten Paniai dengan difasilitasi Pemerintah Provinsi Papua agar memperjelas status daerah pendulangan emas di Kabupaten Nabire dan Kabupaten Paniai.

6. Kepada Kapolsek KP3 Udara di Bandara Nabire agar memeriksa kartu identitas bagi siapa saja yang akan menuju lokasi pendulangan emas melalui Bandara Nabire, berupa KTP atau kartu identitas lainnya, termasuk miras dan senjata tajam.

7. Kepada para Ketua Kerukunan, Kepala Suku agar mendata warganya agar identitasnya jelas, apabila tidak, maka dianggap warga liar.

8. Kepada pemilik hak ulayat dan pengusaha agar dalam melepaskan tanah ulayat supaya berkoordinasi dengan pemerintah daerah setempat, agar tidak menimbulkan masalah di kemudian hari.

9. Kepada Kapolres Nabire dan Kapolres Paniai serta Pemda Kabupaten Nabire dan Pemda Kabupaten Paniai untuk menutup tempat-tempat pelacuran dan kafe-kafe di lokasi pendulangan emas di Degeuwo.

Rekomendasi tersebut ditetapkan 28 Maret 2008, ditandatangani Ketua DPRD Nabire, Daniel Butu.

Usai membacakan rekomendasi tersebut, Daniel mengatakan, setiap surat yang dikeluarkan oleh lembaga DPRD Nabire harus diparaf oleh Sekretaris DPRD (Sekwan). Surat yang tidak disertai dengan paraf dari Sekwan berarti surat tersebut keluar bukan atas nama lembaga, tetapi atas nama perorangan.

Oleh sebab itu, ia mengajak masyarakat untuk lebih teliti terhadap setiap surat yang keluar dari lembaga dewan.

Penegasan tersebut sekaligus menjawab pertanyaan peserta yang mempertanyakan keabsahan dua surat rekomendasi yang beredar di tengah masyarakat.

Ketua DPRD, Daniel Butu menegaskan lembaga dewan hanya mengeluarkan 9 butir rekomendasi, dimana suratnya sudah diparaf oleh Sekwan. Sedangkan rekomendasi yang lebih dari 9 point tanpa diparaf oleh Sekwan berarti surat tersebut berupa surat pribadi yang disebarkan oleh oknum pimpinan dewan. (ignas)

Alam Emas Mengisahkan Perselisihan


Perselisihan yang terjadi antara pengusaha emas Boy Rakinaung dan Ny. Selly Sanadi pada bulan Oktober 2007 lalu kini belum terselesaikan. Beberapa pihak termasuk DPRD Nabire mencoba menyelesaikan persoalan tersebut namun tidak membuahkan hasilnya. Terpaksa dewan adat mengambil alih untuk menyelesaikan persoalan yang terjadi akibat pemindahan alih dari tangan ke tangan antara beberapa pengusaha yang bekerja disana dengan Ny. Selly.

Awalnya lokasi pendulangan emas milik Ungke dan Musa diserahkan kepada Boy Rakinaung. Sebelumnya ibu Selly juga bekerja bersama groubnya di lokasi yang sama. Tanpa sepengetahuan ibu Selly Boy masuk bekerja dilokasi tersebut. Boy yang baru masuk merasa mengambil emas dilokasi yang diserahkan Ungke dan Musa kepada Boy. Sebelumnya groub Ny. Selly ditipu oleh Ungke dengan membawa lari dua kilogram emas tanpa sepengetahuan beberapa kali. Persoalan tersebut diselesaikan di polres Paniai.

Ny. Selly Sanadi menceritakan, lokasi pendulangan tepatnya di Wepabado bersama pengusaha emas Ungke dan Musa percayakan Ny. Selly sebagai ketua groub. Namun jelang beberapa bulan kemudian lokasi tersebut diserahkan kepada Boy. Sebagai pengarap tidak mengetahui proses penyerahan tanah garapan tersebut. Hasil kerja groub Ny. Selly sangat menguntungkan sehingga terjadi kecemburuan dari Boy. Berbagai carapun digunakan untuk mengusir groub Ny. Selly. ” Waktu itu kami turun ke Nabire untuk duka. Rekan kerja Mesak Rumpaidus terbawa arus kali Degewo ketika menyelam mencari emas,” ujar Selly.

Setelah duka katanya kembali ke lokasi pendulangan untuk melanjutkan pekerjaan sebagai pendulang dilokasi semula. Namun berbagai cara dipakai untuk mengusir groubnya dari lokasi tersebut. Apriapri yang dilakukan oleh karyawan Boy intinya mengusir bahkan memaksakan agar bekerja dilokasi Boy dengan menyediahkan alat-alat kerja.

Dia mengakui, setelah dirinya tidak gubris berbagai cara yang memaksa groubnya keluar dari lokasi cara yang ditempuh oleh Boy dan para karyawan adalah memodong dengan senjata tajam bahkan mereka mendatangkan empat anggota Polres Nabire dengan mengantongi surat pemerintah kasat Samapta AKP Hasan Ismail. Surat pemerintah tersebut diterjemahkan oleh ke-empat anggota bahwa agar turun ke Nabire untuk menjalani periksaan atas perbuatan yang dilakukan oleh groubnya. ” Saat itu saya dipukul dan terbanting diatas batu. Dan saya juga melawan mereka tapi tidak berhasil karena melawan laki-laki yang mengunakan senjata api,” ungkapnya sambil mengenang kembali peristiwa tersebut.

Persoalan tersebut sempat saling melempar antar polres Paniai dan Nabire. Dari polres mengelak karena persoalan tersebut terjadi diwilayah Paniai sementara Polres Nabire tidak menyadari berdasarkan surat perintah Kasat Polres Nabire ke-empat itu naik ke lokasi pendulangan untuk memulangkan groubnya Ny. Selly.

Masalah tak terselesaikan, berbagai cara ditempuh untuk membelah ketidakbenaran namun warga yang merasa dirugikan oleh perlakuan pengusaha dan oknum-oknum Polisi terus persoalan. Wajar jika persoalan itu terus berlanjut. Pihak polisi baik polres Paniai dan juga Polres Nabire tidak bisa berbuat banyak karena memang mereka beking pengusaha emas. Semua persoalan yang terjadi disana merupakan akibat etika aparat .

Atas persoalan ini pihak polisi tidak berbuat banyak karena aparat ada dibekalang dalam usaha emas ini. Terpaksa Dewan Adat Papua wilayah Nabire mengambil alih. Penyelesaian masalah alah budaya Papua ini dipimpin oleh DAP wilayah Nabire pada tanggal 13 Maret kemarin di kalibobo.

Anehnya dalam pertemuan tersebut Boy tidak hadir dengan alasan sednag menjalani pengobatan di luar Papua, dan diperwakilkan oleh koordinator Humas Kerukunan Sanger kabupaten Nabire Roymond yang juga anggota Polres Nabire itu.

Raymon mengatakan, persoalan ini telah diambil oleh Keluarga ( kerukunan). Boy sedang menjalani pengobatan karena mengalami sakit tulang. Permintaan keluarga korban yang mana meminta Rp. 1 milirat itu akan disampaikan kepada Boy.

Untuk membayar tuntutan keluarga senilai Rp. 1 miliart tersebut diminta dibayar dalam dua tahap pertama 500 ratus juta sedang 500 juta akan menyusul. Atas permintaan tersebut hingga berita dicetak belum ada kepastian pembayarannya. (ignas)

Disesalkan Sejumlah Perusahan Tidak Bayar Retribusi



Sejumlah perusahaan yang bergerak di Paniai kini terkesan belum membayar retribusi (PAD). Maju mundurnya pembangunan akan ditentukan juga oleh pendapatan asli daerah (PAD). Sebab partisipasi semua pengusaha dalam membayar retribusi adalah suatu kewajiban untuk membangunan daerah yang terisolir dalam pembangunan seperti Paniai. Penyelesalan terhadap beberapa perusahaan yang bergerak di Paniai dalam rapat satuan kerja perangkat daerah (SKPD) yang berlangsung di Paniai pekan lalu.

Dalam acara yang di prakarsai oleh Dinas Pendapatan Daerah tersebut dipimpinan oleh kepala Dinas Pendapatan Daerah Drs. Irenius Adii, MT terungkap kontribusi para pengusaha terutama oleh perusahaan yang besar sanagat membantu pemerintah dan masyarakat untuk membangun daerah. Sekretaris daerah Drs. Gatot Sukotjo membeberkan sejumlah persoalan pembangunan yang kini dirasakan oleh wilayah Paniai.

“ maju mundurnya suatu sangat ditentukan oleh PAD. Sebab itu semua satuan kerja yang bisa mendatangkan PAD harus rapatkan barisan demi membangunan daerah ini,”papar Sekda dalam arahannya.

Perusahaan –perusahaan yang hingga kini belum memberikan kontribusi kepada pemerintah diantaranya, perusahaan Telkom, PT PLN ranting Nabire di Enarotali, PT. Telkom Enarotali, sedang perusahaan yang bergerak dibidang pembangunan infrastruktur diantaranya, PT. Modern, PT. Agung Mulia, PT. Paradise, PT. Tinggal Landas. (aten badii)

Sampah Berserakan, Kali Digoel Terancam Limbah

Akibat pembuangan sampah yang tidak teratur sejumlah kali yang sebelumnya tempat mencari nafkah kini terancam bagi hidup warga Boven Digoel. Terutama para pedagang dikomplex pasar dekat pelabuhan membuang sampat tidak pada tempatnya akibat pembuangan sampah tersebut berimbas pada tercemarnya kali baik kali besar sepertinya Kali Digoel dan beberapa kali lainnya. Berikut laporan repoter Boven Digoel.

Warga Boven yang berdiam sekitar kali tersebutmerasa terancam.pasalnya pembuangan sampah tidak teratur mengisahkan sederatan keluhan. Dimana kali-kali tersebut warga setempat bisa mencari makan.

Seorang warga mama Yolanda yang sehari-hari mencari ikan di kali Digoel mengatakan, sejak para pedangan membuang sampah dikali ini kami tidak bisa mendapatkan ikan lagi. Bukan hanya kali besar akan tetapi juga beberapa kali kecil yang lain. Terutama oleh para pedagangan yang berdagang di pasar kebetulan dekat dengan kali maka semua sampah itu dibuang saja di kali. Mereka tidak tahu kalau kali ini warga selalu mencari makan disitu.

Mama Yolanda menceritakan, untuk memenuhi kebutuhan setiap hari, warga disini tergantung alam. Maksudnya selalu mencari ikan di kali. Hasilnya selalu dijual untuk membiayai kebutuhan termasuk membiayai anak-anak sekolah. Keterlaluan pembuangan sampah merupakan ancaman bagi warga yang hanya menghidupi dengan hasil alam. Bukan saja kepada mereka akan tetapi jika persoalan sampah tidak diatasi sedini mungkin akan berimbas pada meluapnya kali Digoel yang arusnya mengenaskan itu

Menurut Yos yang selalu togok sagu di pinggir kali, menguraikan, tumpukan sampah tersebut jika tidak diperhatikan pastikan akan meluas. Mencermati kondisi demikian sebaiknya para pedagang kios harus membuang sampah pada tempatnya.

“ mereka harus tahu tempat buang sampah. Kali inikan warga selalu mencari makan disini, kok kelihatan dong trapu mata saja, buang sembarang sampai warga ini terancam mencari nafka,” sesalnya.

Karenanya Yos mengharapkan sebaiknya pemerintah harus menyiapkan tempat-tempat sampah. Jika pemerintah tidak jelih melihat persoalan ini hidup masyarakat akan terancam karena tempat mencari nafkah telah hilang srna bersama kotoran yang diproduksi oleh pedagang dipasar tersebut. (apin/Lukas/boven)

Songsong HUT Kartini

Wanita Boven Digoel Gelar Berbagai Kegiatan.

Memperingati hari ulang tahun R.A. Kartini yang ke -129 tahun 2008 warga kabupaten Boven Digoel mengelar sejumlah perlombaan dan kegiatan yang melibatkan berbagai kalangan. Pelaksanaan HUT tahun 2008 ini dipercayakan kepada Kantor Pemberdayaan Perempuan bekerjasama dengan Dharmawanita kabupaten Boven Digoel. Berbagai kegiatan dilaksanakan diantaranya, paket kesehatan, lomba kebersihan, angjangsana, dan lomba kebersihan bagi anak-anak sekolah tingkat Taman kanak-kanak.

Ketua Panitia HUT Kartini ke-129 Kabupaten Boven Digoel Fabiana Wangbon mengatakan, pelaksanaan peringatan HUT R.A. Kartini untuk kabupaten Boven selalu bergiliran antara beberapa kelompok perempuan yang ada disana, mislanya Persit, PW dan tahun ini dipercayakan kepada Dharma wanita dan Pemberdayaan Perempuan. Dari semua kegiatan yang dilaksanakan yang sangat menarik adalah lomba kebersihan anak-anak TK. Animo anak-anak TK cukup tinggi sekitar 30 peserta. Lomba cuci tangan dan sikat gigi dipusatkan dilapangan Trikora Tanah Merah.

Kepala Kantor Pemberdayaan Perempuan Kabupaten Boven Digoel Martina Wombon membenarkan jika kegiatan ini sedang berlangsung menyongsong peringatan R.A. Kartini yang ke 129 tahun 2008. dirinya mengakui, kegiatan tersebut merupakan kegiatan pemerintah dan sudah menjadi agenda pemerintah yang harus dilaksanakan setiap tahun. (domin)

Sagu Tercemar Warga Atuka Terancam

Pada umumnya kampung-kampung di daerah Mimika berada di pesisir pantai. Airnya keruh dan dangkal, lautnya selalu berombak sehingga selalu merubah garis pandai. Pantainya panjang luas dan indah dihiasi dengan pohon-pohon cemara dan kelapa. Jika ingin berjalan le-bih ke dalam, kita akan menemukan daerah berlumpur dan rawa. Di sana banyak pohon bakau. Sedangkan se-makin kita ke udik, tanahnya basah dan banyak ditum-buhi pohon-pohon sagu. Daerah sini merupakan dusun sebagai sumber hidup orang Mimika. Daerah sekitar udik banyak pohon-pohon yang biasa diproduksi seperti kayu besi, dll.

Hubungan satu tempat ke tempat lain melalui laut atau kali. Keadaan laut atau kali perlu perhitungan khu-sus. Jika melalui kali harus memperhitungkan air pasang dan surut. Air surut mengakibatkan kali kering sehingga perahu tak bisa lewat. Orang juga harus memperhitung-kan arus ke mana agar perjalanan dengan perahu tidak membuat banyak waktu dan tenaga. Mereka mempunyai keahlian untuk memperhitungkan kapan air pasang dan kapan air surut serta ke mana arus itu pergi.

Hubungan melalui laut juga perlu perhitungan. Bila laut berombak atau bergelombang besar sangat berbaha-ya untuk dilalui. Perjalanan laut biasanya ditempuh saat laut tenang. Kekhususan orang Mimika biasanya mem-pergunakan layar pada perahu, dengan bantuan angin perahu itu melaju. Kekhususan ini hanya ada pada orang-orang di Mimika barat.

Pada umumnya hutan di daerah Mimika berawa dan berlumpur. Pada waktu air pasang semua tempat terge-nang air sehingga mempermudah orang masuk dengan perahu. Alam sangat kaya. Dalam lumpur terdapat ba-nyak siput dan kepiting. Di dataran kering terdapat bi-natang-binatang seperti babi, kasuari, dll. Dalam kali dan laut terdapat bermacam ikan. Tak lupa pula bermacam burung menghiasi udara.

Menyatu Dengan Alam/ Sebuah Kata Yang Bisa Menggambarkan Suku Mimika Atau Kamoro. Dalam Setiap Aktivitas Hidup Keseharian Mereka. Sekeluarga Hidup Berpindah Di Tepi Sungai-Sungai Besar/ Menyusuri Sungai Dengan Perahu Khas 'Kole-Kole' Menangkap Ikan Dengan Jala Dan Pancing/ Mencari Karaka Atau Kepiting Di Hutan Bakau. Menerabas Hutan Sagu Untuk Diolah Menjadi Makanan Pokok/ Menebang Kayu Untuk Dijadikan Perahu Dan Kayu Bakar

Itulah Aktivitas Yang Tidak Dapat Dipisahkan Dari Kehidupan Orang Mimika Yang Seolah Tak Pernah Gentar Dengan Ganasnya Sungai-Sungai Besar Di Pesisir Pantai Barat Papua. Hanya Dengan Bermodalkan Sampan Kecil Bernama Kole-Kole Mendayung Menyusuri Sungai Berliku/ Mencari Hidup Dan Mendidik Anak Untuk Dapat Bertahan Hidup Dari Kerasnya Alam. Peralatan Lain Yang Ikut Dibawa Adalah Parang, Kampak Jala, Pancing atau dalam bahasa Kamoro disebut Wapuru Atau Alat Pangkur Sagu Dan Kawata Sejenis Tombak Untuk Berburu Atau Berjaga Dari serbuan Binatang Buas, Panci Dan Terpal Plastik Seadanya Untuk Berteduh

Tak Pernah Mengeluh Walau Dengan Berbagai Keterbatasan Pada Mereka Tapi Tetap Bersemangat Menjalani Hidup. Bertelanjang Badan Bahkan Tak Jarang Tanpa Busana Sama Sekali Bermain Di Pasir Rawa Atau Sungai-Sungai Dan Setelah Itu Membuat Api Membakar Sagu Serta Hasil Buruan Hari Ini/ Entah Karaka/ Kerang/ Ataupun Ikan

Sebuah Gaya Hidup Yang Sangat Sederhana/ Di Alam Yang Tidak Sederhana

Dalam Keluarga Orang Mimika Atau Suku Kamoro dan suku Sempan Posisi kaum hawa Sangat Berperan Penting dan memiliki fungsi ganda. Selain Bertugas Mengurus Anak Dan Dapur Pekerjaan Mencari Makanan Juga Dilakukan para kaum perempuan. Misalnya Menangkap Ikan Atau Mencari Karaka Ataupun Beternak

Kaum Bapak Atau Laki-Laki Bertugas Untuk Berburu Binatang Misalnya Babi, Serta Pekerjaan Berat Seperti Menebang Pohon Sagu Lalu Mengolah Menjadi Sagu, Mengukir, Bertugas Menjaga Keamanan Keluarga Atau Dulunya Bertugas Untuk Berperang.

Orang Mimika senang akan seni musik. Mereka mempunyai banyak lagu-lagu dan bermacam-macam tarian. Mereka bergembira pada waktu pesta sambil menari dan menyanyi. Lagu-lagu selalu disesuaikan dengan pesta yang diadakan. Mereka mendirikan sebuah pondok sebagai tempat orang-orang dewasa pukul tifa sambil bernyanyi.

Selain seni musik, seni ukir juga mendapat tempat khusus dalam masyarakat. Hasilnya antara lain mbitoro (patung yang besar, setinggi rumah), tongkat berukir, patung-patung kecil. Ukiran ini punya arti tersendiri. Tidak sembarang orang boleh mengukir kecuali orang-orang tertentu yang mendapat hak warisan secara turun-temurun. Karena itu, seni ukir tidak begitu berkembang di Mimika..

Semua keindahan alam tanah Kamoro kini hancur sudah itulah yang diucapkan Pilipus Nimaipo seorang kepala suku 17 Maret 2007 lalu. Betapa tidak ketika kepada wartawan Pilipus mengatakan’ dulu kami memiliki beribu-ribu hektar tanaman sagu namun kini berkurang dan dari pohon sagu yang ada pun telah hilang kelezatannya. terdapat sagu yang tidak serasa sagu-sagu dulu. Kini rasanya berbeda dan dulu kami biasa menyimpan sagu dalam jangka waktu yang lama tapi kini belum satu bulan sagu sudah busuk dan rusak. Keawetan sagu sudah tidak ada lagi.’ tegasnya.

Daerah tersebut adalah desa Tipuka Distrik Mimika Timur. Air kimia yang menyebabkan kerusakan makanan pokok warga Tipuka dan suku Papua pantai – Sagu – berada di mil 15 -16.

Konon daerah ini perna mengalami banjir besar karena aliran-aliran sungai mengalami penyumbatan.’ Dulu tidak pernah banjir tapi tahun 2002 dikampung kami mengalami banjir besar karena terjadi penyumbatan aliran akibat limbah’ ungkapnya.

Banjir besar yang pernah mengancam kehidupan warga tersebut akhirnya menarik perhatian dari PT. Freeport Indonesia terhadap kelangsungan hidup warga Tipuka. PT. Freeport dalam merealisasikan perhatian tersebut telah berjanji akan memberikan bahan makanan kepada warga Tipuka. Pada awalnya perjanjian tersebut berjalan baik namun kini sudah jarang ada pemberian bantuan makanan tersebut’ tegasnya. Lebih jauh ia mengatakan’ perusahaan sudah tipu diatas tipu, areal kami sudah rusak, sungai kami sudah rusak, sedikit lagi kampong kami akan ada limbah, ungkapnya sedih.

Tentang hal ini, perusahaan tidakmau tahu dan CLO PT. Freeport sudah pernah melakukan pengontrolan tapi tidak ada tindakan konkret untuk menyelesaikan masalah ini. Lebih jauh kepada tabloid ini, Nimaipo mengatakan’ makanan pokok kami sudah rusak, hidup kami hancur, air kimia sudah menyerang kita punya kampung. Jika kini terjadi hujan secara terus menerus sepanjang satu atau dua malam.maka, kampung kami akan banjir dengan air limbah, dulu tidak seperti ini ’ ungkapnya.

Lebih dari itu, binatang seperti rusa, kasuari, babi semua sudah lari dari sekitar kampong kami. Ikan yang dulunya menjadi lauk kami seperti ikan duri, ikan tawar dan lainnya, kini setelah makan kami rasakan gatal-gatal’ ungkapnya kesal.

Karena perjanjian yang telah pernah diberikan oleh PT. Freeport kepada masyarakat tersebut tidak lagi disikapi serius dan makanan pokok sagu sudah terkontaminasi dengan air kimia yang membuat sagu cepat rusak dan tidak awet lagi maka, untuk menyambung hidup, warga masyarakat Tipuka dengan jumlah 72 kepala keluraga ini terpaksa harus mengeluarkan ongkos yang lebih mahal dari sebelumnya. ‘kami harus makan untuk kelangsungan hidup kami selanjutnya untuk itu walauipun kami harus keluarkan 20 liter bensin sekali tokok sagu. Karena Kami harus pergi menokok sagu ke dusun yang lebih jauh yang belum tercampur limbah’ tegasnya.

Jika dihitung-hitung 1 liter bensin Rp 5000 rupiah dikalikan 20 liter yang dibutuhan, maka Rp. 100.000 sekali jalan tokok sagu.dan jika satu minggu 2 kali pergi maka biaya yang harus ditanggung untuk ungkos bensin selama satu bulan sebesar Rp. 800.ribu hanya untuk biaya transportasi. Bagi orang tertentu jumlah tersebut tidak seberapa, namun bagi warga atuka yang kebayakan adalah petani tradisional dan tidak memiliki pendapatan sungguh sangat berat bukan kepalang. Sudah begitu, sagu sebagai makanan pokok sudah tercemar dan tidak lagi awet .

Namun demikian, kepala suku tersebut telah mengakui bahwa PT. Freeport Indonesia telah membantu masyarakat dengan pemberian makanan kepada warga tersebut. Selain itu, sejumlah fasilitas telah dibangun Perusahaan. ‘ Freeport telah bangun fasilitas yang ada disini disbanding pihak pemerintah Daerah yang walaupun telah dibangun kantor kecamatan dengan perumahan karyawan namun hingga kini kami tidak tahu rimbanya. ‘ kantor camat itu satu bulan baru buka dan setelah satu-dua hari camatnya tidak berada di kampong’ tegas salah seorang warga setempat. Dari pantauan suara perempuan papua terlihat gedung kantor distrik yang berdiri gagah ditengah kampong. Namun rumput dihalaman gedung tersebut cukup lebat dan tingginya hamper menutup kantor megah bercat putih tersebut. Terlihat kaca jendela telah hancur lebur. Gedung tersebut sangat tidak terawatt dan itu menggambarkan bobroknya system pemerintahan dan pelayanan public yang macet. ‘ kami biasa urus surat ataupun KTP ( kartu tanda penduduk, red) di Mapuru jaya, padahal kami bukan warga disana. Hal itu kami lakukan karena Kepala distrik hanya berkantor satu bulan sekali’ tegas Stevanus Nimaipo seorang tokoh pemuda.

Selain itu kepada mingguan ini Nimaipo mengakui bahwa dana satu peresn itu hanya dinikmati oleh menejemen LPMAK ‘ kami peroleh dana satu persen perorang lima puluh ribu sampai seratus ribu untuk satu tahun dan jumlahnya ini tergantung banyak sedikitnya jumlah keluarga di satu desa untuk itu LPMAK yang makan uang itu’ ungkapnya.

Dalam kondisi dan situasi kampong seperti itu apakah penyaluran dana seratus juta kekampung-kmapng akan berjalan lancar dan.akan dirasakan masyarakat sasaran?

Yang jelas masyarakat membutuhkan perhatian serius dari semua komponen baik pemerintahan maupun swasta karena mereka sangat terancam, makanan pokok mereka tercemar, kampong mereka sudah dikepung limbah dan pemerintah tidak melakukan pelayanan public kemasyarakatan dan PT. Freeport tidak lagi memberikan bantuan makanan kepada warga ini sesuai perjanjian yang pernah disepakati bersama sewaktu mengalami banjir limba karena sungai aliran tidak lancer alias mengalami penyumbatan. (jhon pakage)