Kamis, 17 April 2008

Nurani Rakyat Papua Terbit Karena Keprihatinan


D

itengah maraknya berbagai informasi yang disajikan media, baik media massa, media elektonik masih saja ditemukan berbagai fenomena yang sebenarnya dirasakan oleh masyarakat belum diangkat ke permukaan. Persoalan-persoalan tersebut merupakan akibat dari berbagai tindakan sosial, baik sengaja dan juga tidak sengaja. Sebuah dilematis kini menghadang pers. Mengapa tidak ? terutama sejumlah perusahan media yang berkembang di tanah Papua tidak secara maksimal menunjukkan eksistensinya sebagai media (berdiri ditengah), dan sebagai sarana mengangkat keprihatinan tanpa membedakan status sosial.

Masyarakat memahami, kehadiran media akan menyampaikan keprihatinannya kepada publik, agar diketahui oleh pemerintah sebagai pelayan publik, namun yang terjadi adalah justru media pun ikut membelah ketidakbenaran dalam keterpurukan hidup dipersada tanah air.

Banyak fenomena akibat perubahan jaman sedang mengisahkan persoalan yang dirasakan oleh masyarakat. Kini masyarakat menjadi obyek pembangunan dalam kemajuan. Mereka agak sulit diperhitungkan dalam berbagai aspek pembangunan. Disana-sini masih ditemukan keluhan. Pemerintah hadir untuk melayani masyarakat namun sebaliknya. Mengatasnamakan rakyat, pemerintah sedang mencari keuntungan. Bukan hanya dalam pembangunan, akan tetapi juga dalam bidang politik, hukum, ekonomi.

Selain pergeseran budaya juga menjadi suatu hambatan bagi masyarakat. Hilangnya jatidiri mereka sebagai subyek pembangunan dalam era otonomi khusus. Keterpurukan hidup sudah menjadi bagian dari hidup orang Papua. Mereka menjadi miskin dalam segala hal, merupakan akibat tidak miliki sikap pelayan yang prima kepada masyarakat.

Sebenarnya diera otonomi khusus pemerintah tampil sebagai pelayanan masyarakat. Sangat sedih jika melihat pemerintah masih mengunakan sistim orde baru. Semua aspek kini dipolitisir sambil mengatasnamakan rakyat kecil.

Masyarakat akan lebih diabaikan jika wacana pemekaran sejumlah daerah ini menjadi kenyataan. Meskipun ada untung dan rugi. Keuntungan bagi masyarakat bila wacana pemekaran menjadi nyata ketika pemerintah yang akan terbentuk dipimpin oleh para pejabat yang tidak memiliki hati untuk rakyat kecil. Jika di pimpin oleh para pejabat yang tidak memiliki kasih kepada rakyat maka sederetan penderitaan akan terus melintang derap langkah orang Papua sepanjang masa, dan sebaliknya. Untung dan rugi atas kebijakan dalam sistim pemerintahan menjadi tugas kita bersama terutama para birokrasi.

Mencermati kondisi rill seperti seperti saat sekarang ini, Media ini hadir untuk mencoba mengungkap keperihatinan bersama rakyat.

Rakyat juga tidak memvonis pemerintah bahwa tidak berhasil dalam membangunan rakyatnya, sebab banyak sudah dilakukan guna memajukan dan memperbaiki taraf hidup bangsa Papua ini. Hanya saja ditelah terbukti bahwa berbagai program yang diagendakan untuk kepentingan masyarakat tidak maksimal, dengan pengertianya bahwa semua program dalam bentuk proyek yang diarahkan kepada masyarakat masih saja menciptakan ketidakpuasan. Bahkan kepentingan para pejabat mendominasi dalam pembangunan.

Hampir setiap saat masyarakat selalu menyampaikan keprihatinan mereka kepada pemerintah baik pemerintah pusat, pemerintah Provinsi dan juga kepada pemerintah kabupaten/kota. Terlihat masyarakat selalu merontak minta perhatian pemerintah bahkan selalu mengelar aksi demontrasi. Aksi demontrasi harus dipandanga sebagai aksi sosial masyarakat yang ditujukan kepada pemerintah agar mendapatkan perhatian.


Redaksi


Tidak ada komentar: