Selasa, 22 April 2008

Papua Menjadi Gudang Pengangguran di Era Otsus


Betapa pedihnya mutu pendidikan ditanah Papua di era Otonomi khusus. Walaupun pemerintah telah memberikan otonomi khusus bagi pemerintah provinsi dan masyarakat Papua akan tetapi hingga kini terlihat beberapa kendala yang mengambang sehingga pendidikan berjalan ditempat.

“ kita semua sudah tahu bahwa pemberian Otsus tersebut guna merubah sejumlah persoalan semisalnya keterbelakangan, keterisolasian dan aspek lain yang kaitannya dengan kehidupan manusia Papua,” kata Dr. Benny Giyai Ph.D dosen gereja dan masyarakat pasca sarjana STT Walter Post Jayapura pekan kemarin di Paniai.

Benny juga mempertanyakan, keadaan seperti itu siapa yang salah sebab jika pemerintah mengatur uang itu dengan baik maka semua aspek terkesan tidak mengalami perubahan. Dana otsus mmeberi peluang bagi orang bahwa perlunya pemberdayaan disegala bidnag terutama pembinaan ketrampilam, penyuluhan, untuk mengejar target perluh beking tenaga edukatif darimana-mana.

Dia mengharapakan dana otsus harus digunakan sebab pendidikan di Papua makin lama makin hancur, transisis seperti itu kondisi demikian perlu menyuarakan demi orang banyak. Sebab banyak generasi menjadi korban tanpa mengenyam suatu ketrampilan, seperti pembengkelan, montir, kursus computer serta pendidikan dan pelatihan khusus bahasa inggris, demi mencapai target. Sebab Papua memiliki gudang pengangguran bagi kaula muda banyaj lapangan kerja tetapi selalu dimonopoli oleh orang non Papua untuk itu. “ untuk itu kapan memperdayakan orang Papua dalam segala aspek,”jelasnya.

Pengertian otsus memberikan kelegaan bagi orang akan tetapi malah mempersulit bagi orang Papua. Hanya diperuntukkan bagi keluarga (elit) orang asli Papua itu sendiri. Karenanya pemerintah pusat perlu melihat atau kah tidak “ barang kali baku tipu antar penguasa pusat dan daerah,” sesal Giyai.

Papua harus bangun manusia terdahulu bukan membangun inrfrastruktur sebab menurut Benny orang berbicara masalah pembangunan sebaiknya terlebih dahulu membangun manusia. Sehingga sudah salah berpikir jauh sekali. Pembangunan tersebut untuk siapa, makanya dirnya sangat kesal dengan program penguasa Papua tanpa mempertimbangkan membuka keterisolasian daerah.

“ coba perhatikan peningkatan mutu pendidikan pelayanan kesehatan dan kesejahteraan masyarakat sebab selama ini program berjalan tanpa melihat setempat,”paparnya.

Masyarakat Papua menurut Benny tidak haus pembangunan infrastruktur akan tetapi haus akan sumber daya manusia yang berkualitas. Sebab dengan kekuatan manusia akan merubah Papua sesuai dengann skill yang dimiliki masing-masing orang.

Dia mencontohkan pendidikan di barat namun di Papua pembangunan segalanya. Cara dan kelakuan elit Papua hanya menindas hanya kepada kaum lemah ( masyarakat sipil). Karenanya perlu sekolah mencari pengalaman kepada Negara lain sebab sisi kemanusia malu kalau selalu dibina, didik, diasuh tanpa pertimbangan kualitas. “jangan kita dinilai sisi kuantitasnya sebab manusia yang berpikir mengenai kuantitas harapan sangat sempit sekali. ( aten badii/paniai)

Tidak ada komentar: